Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
Kami, Kumpulan Tidak Normal
11
Suka
5,644
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

"Mereka bilang apa?"

"Aku jelek. Kamu?"

"Mereka bilang, aku nggak mirip laki-laki lagi."

"Kata mereka, jerawatku lebih banyak dari ekspektasi guru ke muridnya, gitu."

"Dulu aku idola, sekarang aku malah disamain kayak kaum perempuan."

"Nggak ada satu orang pun yang suka sama aku, aku disuruh operasi wajah dulu."

"Belakangan, aku dicap nggak normal. Gosip gampang sekali disebar, ya?"

"Loh, kita sama."

"Sama?"

"Mereka juga ngatain aku nggak normal gara-gara nggak pernah punya pacar, padahal ..."

"Padahal?"

"Ah! Emang nggak ada yang suka sama aku, mereka mungkin ada benarnya."

Cerita ini terjadi beberapa minggu yang lalu, ketika beberapa hal masih tidak se-jelas yang kuinginkan.

Dimulai dari anggapan bahwa dunia kami ternyata tidak se-berbeda itu. Dia murid idaman semua orang, sedangkan aku sebaliknya. Dia tampan, aku sama sekali tidak cantik. Dia cerdas, sementara nilai ujianku masih di bawah rata-rata. Dia terkenal, dan aku terbuang. Tunggu! Jadi yang mana 'tidak se-berbeda' itu?

Yah. Kami sama-sama baik hati, selalu menghormati siapa pun, dan tidak mengenal satu sama lain. Aku ... cuma menatapnya dari jauh, menilai seberapa berbedanya kami. Lalu penilaian itu berubah begitu saja, ketika seorang gadis asing mengirim pesan kepada banyak murid, "Dia mirip kaum perempuan."

Lalu, "Dia suka chat banyak cewek, karena semua teman dia itu anak cewek."

Malamnya, cowok populer itu benar-benar mengirim pesan untukku—sebagai teman gadisnya.

"Hai, suka bunga?"

Kubilang, "Suka. Kenapa?"

"Oh. Aku juga suka, dong. Buket besar. Kamu?"

"Konfeti. Konfeti mawar."

"Konfeti kan dari kertas, benar nggak?"

Aku tidak membalasnya lagi.

Pesan-pesan remeh lain mengalir seperti cibiran harianku, yang pada akhirnya malah menghilang karena kemunculannya sebagai 'sosok' baru. Selama beberapa saat, aku merasa beruntung karena gosip tentang cowok itu mengalihkan segala hal, membuat ketidaknormalanku terlupakan. Betapa beruntungnya aku, bukan?

Jadi, kuputuskan untuk mengirim pesan suatu hari.

"Sebagai tanda terima kasih, aku mau ngasih kamu buket bunga."

"Oh ya? Mau, mau," balasnya.

Dia berkata akan datang ke tempat yang kami sepakati. Tapi tempat itu kosong melompong, selain ponsel hitam yang berkedip-kedip di sebuah bangku panjang. Ketika kotak layarnya menyala, beberapa pesan terkirim dari gadis asing 'yang dulu' muncul di sana, disertai sederet pesan lain untukku.

Hanya untukku?

Apakah cowok itulah si gadis penyebar gosip? Demi mengalihkan isu?

Saat kugenggam buket bunga lebih erat, letupan kecil mengejutkan telingaku, diikuti ratusan kelopak mawar dari langit.

Lalu ...

Lalu dia muncul, bukan untuk menerima hadiahnya, namun menyelamatkan seseorang dari sebuah kata 'ketidaknormalan'.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Romantis
Novel
Come to Stay
Winda Nazira
Flash
Kami, Kumpulan Tidak Normal
Rimadian
Novel
Yang Dikejar, Lari
Diana Mahmudah
Novel
Bronze
Mereka yang Jatuh Cinta
Bisma Lucky Narendra
Komik
Bronze
Alayers Mencari Cinta
yanagi kaichu
Novel
Gold
Honestly Hurt
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
ADARA
Sekar Pangastuti
Novel
Seyya
Nadyas Aulia
Novel
Titik 0 Km
Egi Arganisa
Novel
Bronze
Biola Lala
JAR
Novel
Gold
Memorabilia
Bentang Pustaka
Novel
My Beloved Best Friend
Karang Bala
Novel
If You Know My Heart
Gadis Diary
Novel
Bronze
Color Palette
Kartini Senja
Novel
Bronze
Cinta Monyet Bukan Cinta Pertama
Prayogo Anggoro
Rekomendasi
Flash
Kami, Kumpulan Tidak Normal
Rimadian
Flash
Aku, Dia, dan Benda-Benda yang Bisa Berbicara
Rimadian
Flash
Satu Lembar Kertas
Rimadian
Flash
Dia Seharusnya Mau Melihatku
Rimadian
Flash
Monster-Monster di Jendela
Rimadian
Flash
Kakak
Rimadian