Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Penyesalan dalam Duka
8
Suka
5,643
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Aku berdiri di teras rumah, memandang ke dalam ruang tamu yang tidak terlalu luas itu. Ruangan itu nampak makin menyesakkan, deru suara tangis terdengar di hampir seluruh sudut ruangan. Tamu yang bergiliran keluar masuk pun tak kunjung membuat Ibuku menghentikan tangisnya, yang masih saja memeluk tubuh yang terbujur kaku dan dibalut kain kafan itu.

“Turut berbela sungkawa ya bu Rahmat, yang sabar.” begitulah yang ku dengar dari Ibu Dewi, salah satu tetanggaku yang mencoba menghibur Ibuku.

Kembali para tamu silih berganti keluar masuk dan mencoba menangkan Ibuku atau sekedar mengucapkan bela sungkawa. Aku yang tak kuat lagi, berjalan dari teras rumah menuju jalan di depan rumahku yang sudah dipasangi tenda.

Hampir semua keluarga serta kerabat datang, dan bahkan beberapa tetangga rumah yang aku sendiri tidak begitu kenal pun datang. Aku cermati satu-per-satu raut muka mereka, dan kebanyakan dari mereka terlihat shock mendengar kabar kematian yang mendadak dan tidak lazim ini.

Ku lihat Ibu Dewi sudah keluar dari dalam rumahku, berjalan menuju gerombolan ibu-ibu yang lain. Aku terus memperhatikan langkah beliau dan mencoba mendengar apa yang mereka perbincangkan.

“Kasian ya Bu Rahmat, ditinggal dalam keadaan begitu.” ucap Bu Slamet.

“Saya sih gak begitu kaget ya, lha wong orangnya aja begitu. Diajak bergaul atau bersosialisasi aja gak pernah mau, diem aja terus di dalem rumah. Ternyata bener kan dia akhirnya jadi orang setres dan bunuh diri.” celetuk Ibu Dewi.

Aku muak mendengar perkataannya, bagaimana ia seperti tipikal orang bermuka dua yang terlihat baik dan peduli di depan, namun ternyata berkata busuk di belakang.

Aku tidak pernah mengerti orang seperti dia, yang entah merendahkan orang lain agar merasa lebih tinggi, atau memang sifat dasar sejak lahir.

Aku memutuskan untuk kembali masuk ke dalam rumah, berdiri di samping Ibuku yang masih saja terus meraung-raung memeluk tubuh kaku itu.

Pernah aku baca di suatu tempat yang aku sendiri lupa, jika bunuh diri itu hanya memindahkan beban dan rasa sakitmu ke orang-orang di sekitarmu yang masih sayang kepadamu. Kamu akan lega dan terbebas dari semua beban dunia, namun orang terdekatmu yang kini menanggungnya. Melihat Ibuku saat ini, aku baru sadar jika hal itu memang benar adanya.

Kupandangi lekat tubuh kaku itu, tubuh yang sudah menjadi tempat bagi ruh dan jiwaku selama 23 tahun ini.

Andaikan saja aku sadar jika akhirnya akan begini, aku tidak akan nekat untuk mengakhiri hidupku dengan cara seperti itu. Andaikan saja aku bisa sedikit lebih sabar menjalani kehidupan, ibuku tidak perlu menanggung semua bebanku ini. Andaikan saja aku lebih memperhatikan detail-detail kecil kasih sayang yang orang-orang berikan kepadaku, mungkin aku akan memiliki masa depan.

Andaikan.....

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Drama
Novel
HUSST RAHASIA!
Niar Puji Cayati
Novel
Bronze
Korupsi Dalam Puisi Sepotong Roti
Arroyyan Dwi Andini
Novel
Lakon
Putriyani Hamballah
Flash
Penyesalan dalam Duka
Alifian Afas Sawung Aji
Novel
Bronze
Seribu Surga Untuk Ibu
Esti Farida
Komik
The Eyes of Tigers
Maninda Elmadinaya
Cerpen
Bronze
Tendangan Bebas
Fariduddin Aththar
Novel
Royal Rock
Una
Novel
Malaikat Tanpa Sayap
Dewi sartika
Novel
Karsa
Ananda Galih Katresna
Novel
Bronze
Angel's Diary
Angelina Beribe
Novel
Gitar Renno
Dadar Fitrianj
Novel
Bronze
Pelangi Dibalik Hujan
Demelza Fidelia
Novel
Genius Insane
Ilma Ilhami
Novel
Bronze
PATAH HATI SEORANG AKTIVIS
Embun Pagi Hari
Rekomendasi
Flash
Penyesalan dalam Duka
Alifian Afas Sawung Aji
Flash
Kamu Terlalu Baik Buatku
Alifian Afas Sawung Aji
Skrip Film
Chasing Shadow
Alifian Afas Sawung Aji