Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Penyesalan dalam Duka
9
Suka
12,148
Dibaca

Aku berdiri di teras rumah, memandang ke dalam ruang tamu yang tidak terlalu luas itu. Ruangan itu nampak makin menyesakkan, deru suara tangis terdengar di hampir seluruh sudut ruangan. Tamu yang bergiliran keluar masuk pun tak kunjung membuat Ibuku menghentikan tangisnya, yang masih saja memeluk tubuh yang terbujur kaku dan dibalut kain kafan itu.

“Turut berbela sungkawa ya bu Rahmat, yang sabar.” begitulah yang ku dengar dari Ibu Dewi, salah satu tetanggaku yang mencoba menghibur Ibuku.

Kembali para tamu silih berganti keluar masuk dan mencoba menangkan Ibuku atau sekedar mengucapkan bela sungkawa. Aku yang tak kuat lagi, berjalan dari teras rumah menuju jalan di depan rumahku yang sudah dipasangi tenda.

Hampir semua keluarga serta kerabat datang, dan bahkan beberapa tetangga rumah yang aku sendiri tidak begitu kenal pun datang. Aku cermati satu-per-satu raut muka mereka, dan kebanyakan dari mereka terlihat shock mendengar kabar kematian yang mendadak dan tidak lazim ini.

Ku lihat Ibu Dewi sudah keluar dari dalam rumahku, berjalan menuju gerombolan ibu-ibu yang lain. Aku terus memperhatikan langkah beliau dan mencoba mendengar apa yang mereka perbincangkan.

“Kasian ya Bu Rahmat, ditinggal dalam keadaan begitu.” ucap Bu Slamet.

“Saya sih gak begitu kaget ya, lha wong orangnya aja begitu. Diajak bergaul atau bersosialisasi aja gak pernah mau, diem aja terus di dalem rumah. Ternyata bener kan dia akhirnya jadi orang setres dan bunuh diri.” celetuk Ibu Dewi.

Aku muak mendengar perkataannya, bagaimana ia seperti tipikal orang bermuka dua yang terlihat baik dan peduli di depan, namun ternyata berkata busuk di belakang.

Aku tidak pernah mengerti orang seperti dia, yang entah merendahkan orang lain agar merasa lebih tinggi, atau memang sifat dasar sejak lahir.

Aku memutuskan untuk kembali masuk ke dalam rumah, berdiri di samping Ibuku yang masih saja terus meraung-raung memeluk tubuh kaku itu.

Pernah aku baca di suatu tempat yang aku sendiri lupa, jika bunuh diri itu hanya memindahkan beban dan rasa sakitmu ke orang-orang di sekitarmu yang masih sayang kepadamu. Kamu akan lega dan terbebas dari semua beban dunia, namun orang terdekatmu yang kini menanggungnya. Melihat Ibuku saat ini, aku baru sadar jika hal itu memang benar adanya.

Kupandangi lekat tubuh kaku itu, tubuh yang sudah menjadi tempat bagi ruh dan jiwaku selama 23 tahun ini.

Andaikan saja aku sadar jika akhirnya akan begini, aku tidak akan nekat untuk mengakhiri hidupku dengan cara seperti itu. Andaikan saja aku bisa sedikit lebih sabar menjalani kehidupan, ibuku tidak perlu menanggung semua bebanku ini. Andaikan saja aku lebih memperhatikan detail-detail kecil kasih sayang yang orang-orang berikan kepadaku, mungkin aku akan memiliki masa depan.

Andaikan.....

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)
Rekomendasi dari Drama
Flash
Penyesalan dalam Duka
Alifian Afas Sawung Aji
Novel
SYIFA
Wiwik Kartika Sari
Skrip Film
Yang tertinggal, rasa, cinta, di masa depan
Maina Zegelman
Flash
Jangan Panggil Saya Monyet
Alwinn
Novel
Gold
Tujuh Puisi Cinta Sebelum Perpisahan
Mizan Publishing
Cerpen
Pejuang 50 KG
Winter
Cerpen
Seperti Seekor Kupu-kupu yang Hinggap Sebentar di Setangkai Bunga Kemboja Lalu Pergi dan Tak Pernah Kembali
Muhammad Adli Zulkifli
Cerpen
Bronze
Tuah Kumis Tikus
Muram Batu
Novel
Pada Serimbun Pohon
Aozora Rosyidi
Novel
Cerita, Kita dan Hujan
Icha Marissa
Skrip Film
ANTARASA
IPANK PWO
Novel
Kisah yang Tak Bisa Dipercaya
Alif Mahfud
Skrip Film
Aku, Kamu, Dia , dan Mereka Adalah Kita
Neo Kaspara Widiastuti
Komik
HEART SHAPED METAL
Sakha satria nugraha
Skrip Film
FAVOR The Movie
Gadhinia Devi Widiyanti
Rekomendasi
Flash
Penyesalan dalam Duka
Alifian Afas Sawung Aji
Skrip Film
Chasing Shadow
Alifian Afas Sawung Aji
Flash
Kamu Terlalu Baik Buatku
Alifian Afas Sawung Aji