Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Sudah menjadi rutinitas Derry untuk menjemput Salma—kekasihnya setelah pulang bekerja untuk makan bersama. Momen di mana sebenarnya yang paling ia hindari selama menjalin hubungan yang nyaris satu tahun ini. Bukan karena tidak suka makan bersama kekasihnya itu, bukan juga karena Salma rakus yang akan melahab penuh makanan semeja. Hanya saja... terkadang mereka sering cek-cok gara-gara urusan mau makan di mana. Merepotkan saja bukan? Padahal setelah lelah di kantor, Derry ingin menikmati makan malam romantis tiap malamnya bersama Salma tanpa ada perdebatan sedikitpun. Tetapi, hal itu tak terelakan sama sekali setiap mereka mau makan.
Sesampainya di depan kantor Salma, Derry segera menghentikan mobilnya di depan lobi gedung kantor itu. Kekasihnya sudah berdiri di sana menunggunya, bisa dipastikan Salma benar-benar baru keluar dari kantor.
"Hai, Sayang," sapanya lembut pada sang kekasih yang tiba-tiba sudah memasang tampang kecut seperti ketek anoa. Derry jadi ngeri. Ia tidak terbayang nanti akan ribut lagi seperti kemarin. "Mau langsung pulang?" tanyanya lagi, masih dengan nada begitu lembut seperti bokong bayi.
"Mikir dong! Aku lapar!" balas Salma ketus. Alhasil, Derry mengangguk lalu tersenyum seperti biasa. Tak lama setelah Salma duduk di sebelahnya dan mobil melaju, ia iseng-iseng menanyakan pada kekasihnya tersebut. "Mau makan apa, Sayang?"
"Terserah kamu!" jawab Salma masih ketus.
"Ya udah, kita makan nasi goreng, ya?" tawar Derry masih sabar.
"Nggak pengen makan nasi," balas Salma lagi.
"Terus maunya apa?" Derry masih belum menyerah.
"Ya, terserah kamu! Paham nggak, sih?" Salma masih marah-marah seperti nenek-nenek yang kehilangan dompetnya. Dan Derry hanya bisa mengelus dada. "Ya, udah. Bakso, gimana?"
"Nggak mau juga!"
Kenapa perempuan ribet sekali, sih? Derry sudah menawarkan. Terus maunya makan apa? Semen? Pasir? Batu koral? Apa tanah sekalian!
"Ya, terus apa dong, Sayang? Daritadi kamu nggak mau, tapi ditawarin juga nggak mau." Derry memasang tampang lesu karena usulannya selalu ditolak sang kekasih.
"Terserah kamu!" Lagi-lagi kalimat itu. Derry mendengkus karena kesal, ia segera menginjak pedal gas dan tak mau memikirkan hendak makan apa lagi. Rasa laparnya hilang, berganti rasa kesal karena kekasihnya selalu menyebalkan dan mengucap 'terserah kamu'
"Jangan ngebut, Der, aku masih pengen idup!" gerutunya tak henti-henti.
Setelah mendengar itu, Derry lantas tertawa terbahak-bahak, yang membuat Salma mengernyit kebingungan. "Kamu kenapa? Kok ketawa?"
"Terserah aku, lah!" balas Derry. Ia mau balas dendam.
"Ck. Drama! Mau makan apa!" tanya Salma yang kini gantian bertanya.
"Terserah kamu!" balas Derry sambil menjulurkan lidah. Dan Salma keki bukan main. Ya udah, terserah kamu.
Oh ya, mampir ffku juga ka