Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Horor
Payu Nak Milu Mati
6
Suka
10,943
Dibaca

"Kau yakin memancing tengah malam begini banyak ikannya?"

Aku mengangguk, mengiakan pertanyaan Rijal. "Sekarang diam dan lempar saja upanmu sana."

Udara tengah malam di tepi sungai menembus ke balik jaket tebal yang sengaja kupakai malam ini.

"Payu nak milu mati," bisik seseorang dengan cepat dan berulang. Artinya kurang lebih, ayo ikut mati.

Rijal, temanku memancing di Rambang malam ini, merapatkan tubuhnya mendekatiku. Dia ketakutan.

"Kau dengar itu? Seram sekali!"

"Payu nak milu mati."

Kudorong tubuh Rijal menjauh, lalu melangkah untuk mencari sumber suara. Menyusuri aliran sungai Rambang yang tenang di tengah malam. Semakin aku melangkah, bisikan yang berulang itu semakin jelas dan membuat bulu kudukku ikut berdiri.

"Payu nak milu mati, payu nak milu mati."

Aku yakin sumber suara itu berada di balik rumpun dedaunan di hadapanku. Ketika aku hendak menyibaknya, Rijal menahanku.

"Jangan," katanya, "sebaiknya kita pulang saja."

"Tidak. Aku bisa mati penasaran kalau tidak bertemu siapa pun yang mengajakku mati saat ini juga."

Rijal mengalah dan berdiri rapat di belakangku, menyembunyikan pandangannya dengan jari-jari yang tidak tertutup rapat. Aku maju dan meraih rumpun dedaunan itu, menariknya dengan satu kali hentakan.

Brak.

"Oh."

Rijal maju. Dia mengembuskan napas lega ketika menyaksikan sekawanan berang-berang yang sedang membangun tempat tinggal di tepi sungai.

"Tuh, yang mengajak kau mati ternyata mereka," kata Rijal sambil terkekeh. Dia beranjak kembali ke tempat kami meninggalkan pancing beserta umpan.

Tidak mungkin Rijal melewatkan yang satu itu. Tidak jauh dari sekawanan berang-berang, seorang perempuan duduk dengan tenang. Wajahnya tak nampak karena ditimpa cahaya bulan. Tapi aku yakin seratus persen, perempuan itu bukan manusia.

Antu Ayek. Hantu Air, si penunggu sungai.

Entah mengapa aku merasa pandangan kami bertemu. Dadaku berdebar kencang, segera saja aku berbalik untuk menyusul Rijal.

"Sudah tidak lagi penasaran, kan?" bisik seseorang tepat di telingaku. Punggungku terasa berat sekaligus dingin. Suaranya lembut saat berkata,"payu nak milu mati."

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (2)
Rekomendasi dari Horor
Flash
Payu Nak Milu Mati
Oktabri
Flash
Bronze
Janur di Bawah Pohon Beringin
Risti Windri Pabendan
Cerpen
Bronze
Ada Apa Dengan Diriku
Christian Shonda Benyamin
Cerpen
Bronze
Gaun Putih
SUWANDY
Flash
Bayangan Putih
Luca Scofish
Flash
TETANGGA BARU
ni ketut yuni suastini
Flash
Bronze
Psikopat
Aiharu Story
Cerpen
Bronze
Raina
Christian Shonda Benyamin
Novel
Gold
Fantasteen: Ivore dan Akoya
Mizan Publishing
Flash
Udah Belum?
irishanna
Cerpen
Firasat
Sekarmelati
Flash
Pohon Kematian
Desi Ra
Flash
Bronze
Tumbal di Sumur Tua
Risti Windri Pabendan
Flash
Hati-Hati di Jalan
Ahmad R. Madani
Cerpen
Bronze
Genderuwo Penculik Istriku
Yuisurma
Rekomendasi
Flash
Payu Nak Milu Mati
Oktabri
Novel
Romancheese
Oktabri
Flash
Tak Sengaja Lewat Depan Rumahmu
Oktabri
Novel
MINOR
Oktabri
Flash
Duka Rumah Ibadah
Oktabri