Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Lakshita melintasi tepi taman sepulang kuliah.
Dia menatap prihatin ke tengah taman bermain yang sepi.
Selalu di jam lima sore.
Pada ayunan di tengah taman,
gadis berambut kecokelatan sepunggung itu berayun pelan.
Menatap sosok pemuda di seberangnya.
Yang duduk di bangku taman sambil menggenggam seikat buket mawar dark crimson.
Tatapannya sendu.
Seakan tak berpijak pada dunia.
Keduanya seolah bicara tanpa suara.
Lakshita mendesah pelan.
Prihatin dengan keduanya.
Si gadis kemudian menoleh.
Tatapannya berserobok dengan milik Lakshita.
Namun Lakshita segera mengalihkan tatapannya.
Mencoba acuh dan mempercepat langkahnya menjauh.
Sekelebat angin menghentikannya.
Lakshita terpaku di tempat.
Beku sambil bergidik.
Menatap kembali ke arah ayunan yang berjarak dua meter di depannya.
Masih berayun pelan.
Dan ... kosong.
Lakshita menoleh hati-hati pada tangan kanannya yang mengambang di udara.
Dalam hitungan detik,
gadis berwajah pucat itu mencekalnya.
Menyalurkan apa yang tersisa dari ruhnya.
Sekelebat ingatan melesak masuk ke dalam pikiran Lakshita yang mendadak kosong.
Berbagai ekspresi si pemuda dengan buket mawar itu menyerangnya bertubi-tubi.
Tertawa.
Kecewa.
Marah.
Menangis.
Histeris.
Penyesalan.
Semuanya.
Hingga senyum pilu memohon gadis yang berdiri di hadapan Lakshita membuatnya luluh.
Bersama memudarnya sosok si gadis.
Lakshita mengangguk mengerti.
Dengan langkah pasti dia menghampiri si pemuda.
Mengambil mawarnya tanpa permisi dan meletakkannya di ayunan yang bergoyang lemah.
Si pemuda tercengang.
Ingin marah tapi juga penasaran.
"Dia ... Katrina maksudku, baru saja pergi dengan senyuman. Dan ingin kamu kembali tersenyum untuknya."
Si pemuda kembali menatap Lakshita.
Heran dan curiga.
"Siapa kamu?"
"Aku hanya mengatakan yang tak bisa dia ucapkan."
Lakshita menatap tepat ke dalam netra mata pemuda itu.
"Berhentilah menantang maut di jalanan. Itu tidak akan bisa mengembalikan waktu di antara kalian. Kamu hanya membuatnya tersiksa jika memaksa melawan takdir!"
"Jangan biarkan dia kembali ke sini hanya untuk terombang-ambing dalam dunia yang bukan tempatnya. Jadi, lepaskanlah. Antarkan dia dengan keikhlasan."
***