Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Hadiah Untuk Bunda
Menghela napas panjang Zayna memandangi kamera di genggaman tangannya. Ia teringat ucapan Bunda pagi tadi.
"Ingat ya, Ay. Kamu harus bisa membagi waktu mana yang harus diutamakan. Sudah kelas tiga, jangan berpetualang terus, mau ujian. Bunda cuma minta sekali aja sih, nurut apa kata Bunda. Beres ujian, kamu bebas bersama kamera kesayanganmu."
Bibirnya bergerak naik turun, berputar ke kanan dan ke kiri. Matanya kembali memandangi kamera kesayangannya. Lalu mengalihkan pandangannya ke selembar kertas yang tergeletak di meja. Di situ tertulis "Lomba Foto Kreatif 2021 by Fotografi Comunity Bogor"
Kesempatan yang tidak boleh dilewatkan, tapi nanti kalau Bunda tahu pasti marah. Akh... gelisah melanda Zayna, jiwa petualangnya kembali terusik. Sekali ini saja untuk yang terakhir, baru konsen sama ujian, pikirnya. Ia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
Pulang sekolah Zayna tidak langsung ke tempat les, mencari sesuatu yang menarik untuk objek fotonya. Ia pergi ke perpustakaan sekolah, beberapa foto didapatnya tapi belum memuaskan hati. Lalu ia melangkahkan kaki ke kantin, dilihatnya Rian teman sekelasnya.
Rian anak ibu kantin, sedang mencuci piring dan gelas kotor. Meskipun ia gitaris band di sekolahnya, siswa berprestasi, ganteng pula, tapi tidak malu membantu ibunya di kantin sekolah.
Beberapa jepretan foto tersimpan di kamera Zayna. Kemudian ia menghampiri Rian, beberapa saat setelah mereka ngobrol, Zayna tersadar ia telah begitu egois dan sering mengecewakan Bunda. Ucapan Rian, yang telah mengingatkannya.
"Ibu yang selalu mendoakan agar semua impianku terwujud. Wajar dong kalau aku juga ingin membahagiakannya. Aku baru bisa bantu-bantu di kantin sebagai tanda sayang dan balas budi pada ibu. Tapi nanti, aku janji akan mewujudkan impiannya untuk pergi haji."
Bunda cuma minta Zayna fokus pada ujian, tapi lomba foto itu juga penting. Zayna membatin, sulit baginya konsen belajar disaat hatinya terbelah dua antara ujian dengan lomba fotografi.
*****
Tiga bulan kemudian, acara kelulusan di sekolah Zayna
"Ay, makasih sayang. Bunda bangga sama kamu, akhirnya kamu bisa belajar membagi waktu dengan baik."
Bunda menghampiri dan memberikan kecupan lembut di kening, setelah Zayna turun dari panggung sambil membawa ijazah kelulusan.
"Bun, maapin Aya nilainya pas-pasan. Tapi kan yang penting Aya lulus dengan baik." kemudian tangan Zayna menyodorkan sesuatu, "ada tambahannya sih dikit buat Bunda."
Piagam pemenang lomba fotografi berada di tangan Bunda. Mata Bunda terbelalak, dipeluknya anak gadis yang kini menjelang dewasa.
Zayna sangat senang akhirnya bisa membahagiakan Bunda. Ternyata benar apa kata Rian ketika kita berusaha membahagiakan orangtua, apa yang kita impikan juga tercapai.
Zayna menghampiri Rian, yang duduk di sebelah ibunya.
"Makasih ya, udah bantuin gue bisa lulus ujian. Berkat lo juga, foto gue jadi juara."
Zayna mengulurkan tangannya, disambut hangat oleh Rian.
Tiba-tiba Zayna merasakan aliran darahnya mengalir deras, jantungnya berdegup kencang saat Rian membisikkan sesuatu di telinganya.
"Ay, kata ibu kamu lulus untuk jadi menantunya. Tunggu aku untuk melamarmu, ya."