Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Mungkin Nanti
32
Suka
6,559
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Dia yang kusebut sebagai belahan jiwa berbaring sangat dekat. Untaian kata-kata semanis madu membuai telingaku. Lengannya memelukku dan menyalurkan rasa hangat. Begini cara dia menemaniku menyambut pagi yang sendu.

Aku membuka mata lalu memandangi pintu kamar yang tertutup rapat. Bibir kekasihku belum berhenti merayu. Bualan dalam ucapannya semakin pekat. Dia bilang, aku bodoh jika meragukan cintanya padaku.

Dia tidak tahu, keinginanku sekarang hanyalah keluar dari pintu itu. Aku bertekad untuk segera pergi dan tidak akan kembali. Kuharap ini hari terakhir kami bertemu. Terlalu lelah tubuh dan hati dilukai berulang kali.

Jemarinya mengusap pipiku yang bengkak. Tangan kasar itu pula yang memukul tanpa ampun semalam. Sendi-sendiku sedang berteriak. Sekujur badan ini nyeri dan dihiasi biru lebam.

Dia sering lupa, jiwa ragaku bukan benda mati. Aku juga sudah muak dengan sumpah serapahnya. Apa yang kulakukan tak pernah dihargai. Sedangkan aku, harus selalu memaklumi kekurangannya.

Jika terus disisinya, hidupku pasti kehilangan arti. Maka aku bangkit sembari menepis semua sentuhan. Kali ini aku akan betul-betul melarikan diri. Namun, sial, tangisku sulit untuk ditahan.

Lelaki itu mencegah ketika aku bergerak menjauh. Dia memanggil namaku, bertanya mengapa sejak tadi dirinya tidak diacuhkan. Akhirnya dia sadar bahwa aku telah jenuh. Buru-buru dia membawaku kembali dalam pelukan.

"Sayang, jangan pernah berpikir untuk pergi. Tanpa kamu, aku bisa mati. Tolong maafkan aku sekali lagi. Aku akan berubah, aku janji."

Air mata memburamkan pandangan ke pintu kamar. Selalu saja dia berhasil membuat pikiranku berkabut. Akan tetapi cintaku padanya memang terlampau besar. Padahal aku tahu janjinya hanya di mulut.

"Kumohon, aku ingin kita terus bersama. Lagipula bukan cuma aku yang salah di setiap pertengkaran kita. Sudah kubilang, kamu hanya harus menurut padaku saja. Itu cara terbaik agar tidak ada yang terluka."

Benar juga. Mungkin aku yang salah. Menurut saja. Lebih baik mengalah.

Mataku kembali terpejam. Kekasihku masih terus merayu. Belaiannya bagai sihir, menyembuhkan yang remuk redam. Aku pun lupa ruangan ini memiliki pintu.

Entah ini bodoh atau gila namanya. Seperti biasa, aku tidak jadi pergi. Mungkin nanti saja kurenungkan arti cinta yang sesungguhnya. Mungkin nanti, aku akan ingat caranya berlari.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@starflower : Inget apaa, Kak?
@nurrohmahds : Boleh. Di sini bebas. Hahahah
Jadi teringat sesuatu 🥺
Rasanya ingin berteriakk😢😭
Terima kasih semua yang sudah singgah 🥰
Truee
Mencoba untuk bertahan 😥
Realita banget nihh...
Hiiiks, banyak yang seperti itu ....
Kenapa masih mau bertahan sih? :'(
Rekomendasi dari Drama
Novel
Surat Tanpa Tanda Titik
Ati Raah
Flash
Gelap
Fajar R
Flash
Mungkin Nanti
Chrystal Calista
Flash
Sebelum Daun Gugur
Panca Lotus
Novel
Gold
Senandung Talijiwo
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
PADA 1000 BANGAU KERTAS
Rian Widagdo
Flash
Tidak Sah
Dwi Kurnialis
Flash
Sedikit Waktu
Cathalea
Flash
Kesetiaan Seorang Kakek
M Fadly Hasibuan
Novel
Gold
Hotelicious
Bentang Pustaka
Novel
Bronze
Pintu Tauhid 2
Khairul Azzam El Maliky
Komik
Dearest
Ni Putu Winda Pramesti Dewi
Novel
LALAKA
PALRIS JAYA
Novel
Your eyes cant't lie Boss
Achmad Taufan
Novel
Little Sun
Ei
Rekomendasi
Flash
Mungkin Nanti
Chrystal Calista
Novel
Mutiara
Chrystal Calista
Novel
Onyx Eye
Chrystal Calista