Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
Mungkin Nanti
33
Suka
18,773
Dibaca

Dia yang kusebut sebagai belahan jiwa berbaring sangat dekat. Untaian kata-kata semanis madu membuai telingaku. Lengannya memelukku dan menyalurkan rasa hangat. Begini cara dia menemaniku menyambut pagi yang sendu.

Aku membuka mata lalu memandangi pintu kamar yang tertutup rapat. Bibir kekasihku belum berhenti merayu. Bualan dalam ucapannya semakin pekat. Dia bilang, aku bodoh jika meragukan cintanya padaku.

Dia tidak tahu, keinginanku sekarang hanyalah keluar dari pintu itu. Aku bertekad untuk segera pergi dan tidak akan kembali. Kuharap ini hari terakhir kami bertemu. Terlalu lelah tubuh dan hati dilukai berulang kali.

Jemarinya mengusap pipiku yang bengkak. Tangan kasar itu pula yang memukul tanpa ampun semalam. Sendi-sendiku sedang berteriak. Sekujur badan ini nyeri dan dihiasi biru lebam.

Dia sering lupa, jiwa ragaku bukan benda mati. Aku juga sudah muak dengan sumpah serapahnya. Apa yang kulakukan tak pernah dihargai. Sedangkan aku, harus selalu memaklumi kekurangannya.

Jika terus disisinya, hidupku pasti kehilangan arti. Maka aku bangkit sembari menepis semua sentuhan. Kali ini aku akan betul-betul melarikan diri. Namun, sial, tangisku sulit untuk ditahan.

Lelaki itu mencegah ketika aku bergerak menjauh. Dia memanggil namaku, bertanya mengapa sejak tadi dirinya tidak diacuhkan. Akhirnya dia sadar bahwa aku telah jenuh. Buru-buru dia membawaku kembali dalam pelukan.

"Sayang, jangan pernah berpikir untuk pergi. Tanpa kamu, aku bisa mati. Tolong maafkan aku sekali lagi. Aku akan berubah, aku janji."

Air mata memburamkan pandangan ke pintu kamar. Selalu saja dia berhasil membuat pikiranku berkabut. Akan tetapi cintaku padanya memang terlampau besar. Padahal aku tahu janjinya hanya di mulut.

"Kumohon, aku ingin kita terus bersama. Lagipula bukan cuma aku yang salah di setiap pertengkaran kita. Sudah kubilang, kamu hanya harus menurut padaku saja. Itu cara terbaik agar tidak ada yang terluka."

Benar juga. Mungkin aku yang salah. Menurut saja. Lebih baik mengalah.

Mataku kembali terpejam. Kekasihku masih terus merayu. Belaiannya bagai sihir, menyembuhkan yang remuk redam. Aku pun lupa ruangan ini memiliki pintu.

Entah ini bodoh atau gila namanya. Seperti biasa, aku tidak jadi pergi. Mungkin nanti saja kurenungkan arti cinta yang sesungguhnya. Mungkin nanti, aku akan ingat caranya berlari.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (24)
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
One Last Cry
Hello Dino
Novel
Dopamine Itu Semu
Lailiadevi
Novel
Bronze
Serenity
Nandreans
Skrip Film
Burung dan Awan
Eko Hartono
Skrip Film
Calon Istri Ayah
Eko Hartono
Flash
Mungkin Nanti
Chrystal Calista
Flash
Bronze
Payudara Lepuh
Bai Ruindra
Flash
LOKAYA
AnotherDmension
Cerpen
Bronze
Goresan pena
Langitttmallam
Novel
Dealova story cafe and coffe,by khaerunnisa
Khaerunnisa
Novel
K A P A L K E R T A S
Lee Shana
Komik
Bronze
Roti dan Selai
Severus Suryo Wicaksono
Komik
Depo via QRIS hanya 1 detik
Juwita Triyani
Skrip Film
Binar Bintang
Dewi Anjani
Skrip Film
Tell Me What Your Wish?
Humming-Moon
Rekomendasi
Flash
Mungkin Nanti
Chrystal Calista
Novel
Onyx Eye
Chrystal Calista
Novel
Bronze
Mutiara
Chrystal Calista