Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Romantis
Aku, Dia, dan Benda-Benda yang Bisa Berbicara
7
Suka
5,869
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Terkadang, batas antara nyata dan tidak nyata sangatlah tipis. Jarak hidup dan mati bisa jadi amat singkat. Hasil penelitian ilmuwan dan omongan penyihir mungkin tidak jauh berbeda. Dan waktu yang berlalu tetap saja sia-sia.

Penantian kami sama-sama tidak berarti.

Bertahun-tahun sebelum ini, dia sangat menyukai keajaiban. Tulisannya dipenuhi dunia peri, kuda bersayap, dan mainan yang tingkahnya seperti manusia. Aku ingat sekali ketika pemuda itu memberiku hadiah boneka yang bisa berbicara.

Katanya, kalau aku menanyakan sesuatu, benda itu akan memberi jawaban yang tidak mungkin tidak benar.

Kenapa aku suka menangis?

Apakah seseorang bisa membuat panda terbang?

Kapan kami libur panjang?

Dan ... adakah orang yang menyukai gadis sepertiku?

Boneka itu memberi semua jawaban benar kecuali satu, bahwa seseorang mencintaiku dengan tulus.

"Siapa?"

Dia terdiam sebentar, kemudian menggeleng pelan.

"Dia ... pemilik pertamaku. Seorang penyakitan yang tinggal menunggu waktu."

Aku termangu sebelum melemparnya ke tempat yang jauh. Tanah di sana berumput pendek, basah, dan dihinggapi banyak burung. Tempat pemuda itu tersenyum hangat dan mengambil bonekanya.

Belakangan, aku menyadari betapa berharganya pemberian seseorang, dan betapa tidak salahnya kata-kata boneka tersebut.

Pemuda itu begitu baik hati. Dengan sabar menunggu perasaannya terbalas, sementara aku mengunjunginya saat ada waktu. Dia menunjukkan banyak sekali tulisan yang terselip di antara buku pelajaran, serta benda-benda ajaib lain yang bisa kuajak bicara.

Meja, kapan kamu dibuat?

Papan, seperti apa rasanya dipalu?

Kotak pensil, bagaimana cara membalas perasaanya?

Pemuda itu mungkin masih menunggu, namun aku tetap diam di tempat.

"Adakah orang yang mencintaiku?" tanyaku suatu kali, ketika dia terbaring di ranjang rumah sakit. "Kenapa kata-katanya begitu jujur? Kenapa dulu aku lempar boneka itu?"

"Karena kamu percaya? Karena kata-katanya benar?" Dia menjawab acuh tak acuh, lalu tertawa keras sampai terbatuk-batuk. Batuknya tidak berhenti hingga aku harus menepuk pelan punggungnya. Saat itu—detik itu juga—aku dihantam fakta konyol soal kenapa pula dia harus menunggu perasaannya terbalas? Selama ini aku begitu peduli padanya, yang berarti bahwa ... aku mencintainya?

Aku berdoa sepanjang waktu supaya ada dokter yang bisa menyembuhkannya, memberi kesempatan pemuda itu untuk mendengar ucapanku.

Lampu, kapan dia pulang?

Langit-langit, kapan kami bisa duduk berdua?

Dinding rumah sakit, kapan dia akan berlari lagi?

Anehnya, tidak ada jawaban kali ini. Entah sihir pemuda itu akhirnya redup. Atau aku mulai menyadari kegilaan kami.

Di rumah sakit, dia lebih banyak terdiam, mengetik sesuatu di ponsel, atau tertidur. Kami seolah sama-sama tidak punya kesempatan untuk sekadar mengobrol.

"Benda-benda, kenapa dia diam aja?" tanyaku akhirnya.

"Guyonan lama. Kapan terakhir kali kamu lucu begini, ya? 'Boneka, apa binatang bisa terbang?'"

Ah! Guyonan?

Tepat ketika itu, seorang gadis muncul di ambang pintu. Dia membawa buket bunga dan keranjang besar berisi buah-buahan. Selama sepersekian detik, aku merasa gadis itu sangatlah asing.

Atau akulah si asing tersebut?

Ada cincin berwarna sama di jari manis mereka. Ada senyum tulus lain di bibir pemuda itu. Dan ada begitu banyak pertanyaan di kepalaku.

Dia menunggu jawaban atas perasaannya?

Atau justru akulah yang salah mengira?

Saat mereka akhirnya berpelukan, kuputuskan untuk beranjak dan menatap ke luar jendela.

Yah. Dia terlalu awal mencintaiku, sementara aku terlambat mencintainya.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar
Rekomendasi dari Romantis
Flash
Aku, Dia, dan Benda-Benda yang Bisa Berbicara
Rimadian
Novel
Bronze
Save Me
Himechan
Novel
Bronze
Biar Tersampaikan oleh Semesta
Ansar Siri
Cerpen
Perempuan dalam Rangkulan Hujan
Sofiza
Novel
B A L I A
Wulansaf
Novel
Bronze
CINTA DIBALIK CADAR
Herofah
Novel
Di Antara Ribuan Jeda
Ghoziyah Haitan Rachman
Flash
Curahan Hati Penulis Gagal
Luca Scofish
Novel
Bronze
Gapai
Dinda rofiqotun nikmah
Novel
Bronze
ANGKASA
Safina Tri Maharani
Novel
DI BALIK DINDING RUMAH TUA GRISSE
Tias Yuliana
Novel
Bronze
FLIGHT TO YOUR HEART
Safiraline
Novel
Bronze
Make Me Go
anisa nabila putri
Novel
Jejak Rasa
129_
Novel
Bronze
Bening dan Banyu
@Fatamorgana16
Rekomendasi
Flash
Aku, Dia, dan Benda-Benda yang Bisa Berbicara
Rimadian
Flash
Kami, Kumpulan Tidak Normal
Rimadian
Flash
Kakak
Rimadian
Flash
Monster-Monster di Jendela
Rimadian
Flash
Dia Seharusnya Mau Melihatku
Rimadian
Flash
Satu Lembar Kertas
Rimadian