Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Rori tidak ingat awal perjumpaannya dengan Seine. Yang ia ingat, gadis itu datang saban hari hanya untuk mengobrol tentang berbagai macam hal dengannya selama berjam-jam. Segala macam topik, mulai dari hal menyenangkan hingga mengerikan, menjadi bahan perbincangan keduanya.
Rori juga tak paham mengapa obrolan mereka selalu dimulai tepat pukul satu dini hari, dan mengapa ia tak mengantuk sama sekali hingga obrolan berakhir. Yang lebih anehnya, Rori sering kali tak sadar jika ia tertidur begitu obrolan dengan Seine selesai.Terkadang ia seperti bermimpi, namun semuanya terasa amat jelas begitu dirinya bangun.
Malam ini, sosok dengan rambut terurai itu kembali datang. Wajahnya cerah seperti biasa, dengan rona merah di kedua pipi. Rori tersenyum tipis menyambut Seine yang berjalan mendekat. Tak seperti biasa, kali ini Seine tak banyak bicara. Ia tak langsung memancing orbrolan. Gadis itu duduk di tepi tempat tidur Rori, bukan di kursi kayu seperti biasanya. Ditatapnya wajah pucat itu lekat-lekat. Seine meraih jemari Rori yang dingin, tersenyum manis sekali.
Rori menunggu. Ia penasaran topik apa yang dibawa Seine untuk obrolan kali ini? Namun gadis itu hanya tersenyum, sambil menggenggam erat jemari dingin anak lelaki di hadapannya.
Setelah hampir lima menit, bibir mungil yang mengulas senyum itu membuka. Suara lirih nyaris berbisik kemudian memenuhi pendengaran Rori.
"Sudah waktunya pulang."
Rori menaikkan kedua alisnya, sedikit terkejut, namun segera tersenyum dan mengangguk samar. Anak lelaki itu bangkit dari pembaringannya dengan dibantu oleh Seine, kemudian menoleh ke belakang untuk mengucapkan selamat tinggal kepada 'wadah' yang dipinjamkan kepadanya selama ini.