Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Perut kenyang, cuaca mendukung. Tidak ada hal lain yang ingin Susi lakukan selain tidur sampai jam istirahat berakhir. Tapi baru saja matanya terpejam, terdengar suara ribut seperti gaungan lebah. Sungguh memuakkan!
“Beneran, Rin?”
Susi melirik tak minat pada kerumunan lebah.
“Serius! Ana yang bilang sendiri ke aku sebelum dia pingsan,” ujar seorang wanita muda yang dipanggil Rin. Meyakinkan sekali. Tanpa sumpah, dia seolah berani bertaruh tersambar gledek di siang bolong.
Susi tidak kenal dia. Apalagi sampai tahu bekerja di area apa. Yang dia tahu, wanita itu tampak begitu menikmati menjadi pusat perhatian. Susi menyebutnya sebagai si Ratu Lebah.
“Apa, sih?” Ninda menyodok pinggang Susi. Penasaran.
“Tau!” Susi menyahut ketus.
“Ada penampakan katanya,” Isna yang menjawab.
“Penampakan? Di mana?”
“Area proses sih katanya.”
Susi mencibir, menggeleng pelan dan kembali memejamkan mata. Berusaha merayu lena agar menyumbat suara lebah di telinga.
“Ayo! Sepatunya digantung! Tata yang rapi!”
“Seragamnya dimasukin!”
Suara para petugas ruang ganti seperti tak kenal lelah. Tidak pula ambil pusing saat dikatai cerewet. Itu memang tugas mereka.
Sesudah Susi, Ninda dan Isna selesai memakai seragam, mereka menuju ruang sepatu boot. Dengan seragam lengkap, hanya tinggal bagian mata dan telapak tangan saja yang terlihat. Jika tidak lengkap, tentu saja dilarang masuk ke area kerja.
Susi berjalan yang paling akhir. Sedang Ninda dan Isna sudah menghilang di balik pintu bertirai plastik. Susi melangkah agak tergesa dan berusaha tidak bertabrakan dengan pekerja yang berlalu-lalang. Tapi saat hendak mencapai pintu, langkah Susi terhenti.
Diantara para pekerja yang sibuk, menyelip seorang wanita yang tidak mematuhi aturan. Wanita itu berambut sebahu, mengenakan dress putih tulang dan bertelanjang kaki. Berdiri membelakangi posisi Susi berada.
Susi bermaksud menegur, tapi urung. Dia merasa itu bukan urusannya, melainkan pengawas area. Susi pun kembali melangkah.
Namun, baru beberapa langkah, dia berhenti lagi. Keringat dingin terasa mengucur di balik seragam kerjanya. Otaknya kian melambat. Sedang suara-suara lebah bergaung dalam kepalanya. Hingga kemudian menjadi gelap. Susi tak sadarkan diri.