Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
REINA tersenyum menatap secarik kertas berkop universitas negeri tempatnya kuliah. Gadis hitam manis itu meletakkan surat peringatan untuknya agar masuk kuliah sesuai aturan. Dia meraih telepon genggamnya. Jemari lentiknya membuka Instagram. Lalu mengetik sebuah nama yang selama ini kerap mengusik hari-harinya.
“Adi…kita akan bertemu,” gumamnya. Matanya mengamati gambar dan komentar di Instagram pemuda itu. Dia lalu membuka aplikasi WA. “Kita ketemuan di hotel ntar malam? Kamu mau?” ketiknya tersenyum.
Tak ada jawaban. Dia mendesah. Wajahnya berubah masam. Menahan kesal karena dalam beberapa hari ini, Adi kekasihnya lebih sering memasang status di medsos ketimbang bertemu dengannya. Dia tahu, Adi termasuk cowok supel dan selebgram. Tapi, masa iya harus nyuekin pacarnya seperti ini?
Dia kembali mengetik sesuatu di WA. “Spesial malam ini,” ketiknya lalu beranjak ke meja rias. Ya, beberapa jam ke depan dia akan bertemu Adi.
Terdengar ketukan di pintu. “Reina, kenapa diam di kamar terus?” suara ibu keras terdengar.
“Oh lagi kerja tugas, Bu,” jawab Reina. Tangannya sibuk memilih baju di lemari.
“Nanti makan ya?” titah ibu lagi.
Reina diam. Lalu mengambil cardigan pink dan tank top hitam juga celana jins. Dia berpikir, pakaian itu akan membuatnya makin cantik di depan kekasih. Apalagi dia punya misi spesial di hotel malam ini.
Di tempat lain, Adi tersenyum mendapat pesan dari kekasihnya.
“Mengulang hal itu lagi? Why not?” gumamnya.
Jarum jam menunjukkan pukul 23.00 saat mereka tiba di sebuah wisma di tengah kota. Keduanya masuk kamar dan bercinta. Rutinitas yang mereka lalui saat bertemu. Terdengar Reina berhitung di dalam kamar.
“1, 2, 3, 4…”suara Reina diiringi suara Adi yang serak.
“5, 6,7… Selesai!” teriak Reina. Adi pun diam.
***
Selebgram Adi ramai oleh komentar. Youtube pun riuh menayangkan gambar-gambar CCTV yang mencengangkan. Media online tak kalah seru memberitakan tentang youtuber muda itu. Reina melihat tayangan tentang Adi di berbagai media hari itu.
“Kekasihku itu benar-benar hits dan terkenal,” ujarnya tersenyum. Di depannya seorang pria menatap tajam padanya.
“Kenapa kamu melakukannya?” tanya pria berpakaian seragam cokelat itu.
Reina tersenyum. Tangannya mengusap rambutnya yang sebahu.
“Tanyakan pada dia saja,” ujarnya cuek.
“Hei, kamu?!” suara pria itu terdengar lebih keras. Kekesalannya di ubun-ubun. Pria itu diam menatap gadis bermata bulat. Reina membisu. Namun bibirnya tetap tersenyum.
Layar televisi di ruangan itu kembali menayangkan berita tentang Adi dan Reina. Suara presenter memecah keheningan.
“Selebgram dan youtuber muda, Apriadi Tama atau Adi tewas di halaman Wisma Melati setelah berupaya meminta pertolongan kepada petugas keamanan hotel, dini hari tadi. Sesuai hasil otopsi di tubuhnya terdapat tujuh tusukan. Hasil CCTV menunjukkan korban datang bersama seorang gadis yang diduga kekasihnya.
Dari CCTV juga sempat terekam, pembunuhan itu sejak awal sudah direncanakan. Hal ini terlihat dari gadis yang mengenakan tank top dengan pisau di punggungnya. Motifnya diduga karena sakit hati kepada korban.”
Pak Polisi melirik Reina. Meminta jawaban.
”Kenapa?”desaknya lagi.
Reina menghela napas.
“Apa yang bisa kulakukan saat Adi tak mau bertanggung jawab pada janin yang kukandung ini?”lirihnya.
***