Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Gadis itu meneleponku. Katanya, "Tolong! Kakak! Aku terjebak. Apinya udah sampai lantai dua. Kakak!"
Aku keluar dengan tergopoh-gopoh. Langkahku goyah, menahan pusing dan mual karena panik. Di belakang rumah, seingatku ada kolam renang dan taman bermain penuh ayunan dari ban bekas.
Jadi, kubilang, "Naik ke lantai paling atas! Di sana, ada jendela besar. Keluar dari sana! Lompat ke kolam belakang!"
Aku mencari-cari kunci mobil di nakas, menyalakan lampu di sebelah kiri tongkat satpam, lalu mengambil ponsel lama.
Polisi! Atau pemadam kebakaran?
Kuputuskan untuk menghubungi keduanya saat gadis itu berteriak, "Kakak, lantai dua penuh api. Tangga ke lantai empat terhalang lemari. Kemarin nggak ada lemari di situ."
"Dorong lemarinya!" seruku sambil memundurkan mobil dengan tergesa-gesa. Halaman ini tidak segelap biasanya, tapi tetap saja mobilku menabrak tiang dan beberapa tanaman.
Gadis itu berkata lagi beberapa menit kemudian, "Lemarinya udah didorong. Aku ada di lantai empat. Kakak udah sampai mana?"
"Oke, naik ke lantai lima! Kakak mau berangkat."
Terdengar bunyi samar dari balik telepon, seolah sesuatu membentur sesuatu. Kayu menabrak besi. Seseorang mungkin terjatuh. Gadis itu berteriak.
Aku berusaha mengabaikannya. Dengan sedikit gugup, kusingkirkan ponselku yang satunya lagi, berharap para pemadam atau polisi atau siapalah bisa sampai ke rumah itu lebih dulu.
"Kakak!"
Mobilku menabrak pembatas jalan. Tanganku mendadak kebas begitu saja.
"Kapan Kakak sampai? Panas. Aku nggak bisa dengar apa-apa selain barang jatuh sama api."
"Tunggu—"
"Apa? Apa? Kakak bilang apa? Aku jatuh dari tangga, Kak. Tangganya licin. Basah. M-minyak? Sekarang tangganya udah kena api. Kakak, selain jendela, ada cara lain bu—"
Lalu sambungan terputus.
Detak jantungku seakan ikut berhenti, tapi kemudian ... perlahan sesuatu kelihatan lebih baik. Semua akan kembali seperti semula.
Yah. Meski tiang di belakangku roboh, ban ayunan menggelinding ke kolam, dan teriakan gadis itu seolah tertahan di udara ... semua sudah selesai. Kutatap pos sekuriti untuk terakhir kali, kemudian halaman belakang yang menyala terang karena api. Ketika akhirnya terdengar bunyi sirene, kubuang ponsel lamaku dan beberapa botol berisi bahan bakar, lalu aku melaju pergi.