Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Thriller
Kelinci Percobaan
7
Suka
5,896
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

"Kelinci ini tidak boleh lepas. Harus tetap di sini. Jika lepas, Profesor Sukodi pasti marah." Rabitta mengelus kelinci berbulu cokelat itu.

Aku sendiri tidak terlalu peduli. Mau kelinci itu lepas, mau kelinci itu tetap ada di laboratorium besar ini, apa urusannya? Toh, Profesor Sukodi sebenarnya tidak terlalu membutuhkan kelinci itu. Akulah yang membutuhkannya.

"Kau sudah makan, Rabitta?" tanyaku pada Rabbita.

"Belum. Aku belum lapar."

"Makanlah. Nanti wortel-wortel itu keburu tidak segar lagi."

"Aku bosan makan wortel. Aku mau makan yang lain selain wortel."

Memangnya mau makan apa lagi dia? Mau makan makananku? Memangnya dia suka? Memangnnya dia tega? Dia hanya boleh makan wortel. Telingaku mendengar derap langkah Profesor Sukodi mendekat ke arah laboratorium. Aku bersiap. Menu makan malamku mendekat.

"Kenapa?" Aku bertanya pada Rabitta yang memandangku dengan heran.

"Telingamu ...."

"Kenapa telingaku?" 

"Eh, tidak apa-apa."

Ckreeek!

Pintu laboratorium terbuka. Profesor Sukodi masuk dan menatap ke segala arah.

"Kenapa wortelnya masih utuh? Dan kenapa kelinci itu masih hidup? Apa kalian tidak lapar?" tanya Profesor Sukodi.

Aku tidak menggubris perkataan itu, justru malah mengaum sekuatnya. Rabitta menjerit histeris. Dengan cepat tanpa jeda, kuterkam Profesor Sukodi. Tepat di bagian lehernya. Profesor itu terkapar. Darah bersimbah dimana-mana. Untungnya taringku sudah cukup panjang. Cukup untuk merobek lehernya yang sekarang terasa manis dan gurih.

"Apa? Apa yang kau lakukan?" Rabitta bertanya dengan bibir gemetar. Telinga panjangnya tampak kuyu, terkulai lemas. 

"Sama sepertimu yang bosan memakan wortel setiap hari, Rabitta. Aku juga bosan hanya makan kelinci. Dan lebih-lebih lagi, aku bosan menjadi kelinci percobaan si Profesor jahat ini."

Aku lalu mengunyah santapanku. Ekorku kukibas-kibaskan. Rabitta menangis. Kelinci setengah jadi satu ini memang cengeng. Berbeda denganku. Walau belang di tubuhku belum sempurna, namun mental buasku sudah sempurna. Sebelum aku akhiri cerita ini, aku ingin bertanya pada kalian.

Apa kalian juga ingin jadi kelinci percobaan seperti aku dan Rabitta? Jika tidak, cepat pergi dari cerita ini. Sekarang!

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
bagus
Bagus
Saya masih mau di cerita ini, kerana Profesor Sukodi sudah mati.
Rekomendasi dari Thriller
Flash
Kelinci Percobaan
Rahma Nanda Sri Wahyuni
Novel
Gold
Frankenstein
Mizan Publishing
Flash
Givers Of Death
Desi Ra
Flash
Who is the Killer?
Via S Kim
Novel
DIADEM
Al Szi
Novel
Bronze
Dunia tanpa Suara
Aroem Aziez
Flash
Seharusnya Aku Tidak....
Via S Kim
Novel
Bronze
Nada organ kita
artabak
Novel
HOME SCHOOL
Anonim people
Novel
Bronze
'98 di Negeri Antah-berantah
🕯Koo Marko✨
Novel
Tanpa Batas Waktu
Liliyanti
Novel
Bronze
BEHIND THE STAGE
I. Majid
Novel
Bronze
Death Pictures
Herman Sim
Flash
Perampok Gila
Jaydee
Flash
SISTER
Ariq Ramadhan Nugraha
Rekomendasi
Flash
Kelinci Percobaan
Rahma Nanda Sri Wahyuni
Novel
Bronze
Rasanya Seperti Mimpi
Rahma Nanda Sri Wahyuni
Novel
Bronze
Kembar dari Hongkong
Rahma Nanda Sri Wahyuni
Flash
Alat Pendeteksi Jodoh
Rahma Nanda Sri Wahyuni
Flash
Bom
Rahma Nanda Sri Wahyuni
Flash
Kalian Seharusnya Suka Dengan Cerita Ini
Rahma Nanda Sri Wahyuni
Flash
13
Rahma Nanda Sri Wahyuni
Flash
Tutup Botol
Rahma Nanda Sri Wahyuni
Skrip Film
Apa Kalian Takut Mati?
Rahma Nanda Sri Wahyuni