Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Thriller
Kelinci Percobaan
7
Suka
8,174
Dibaca

"Kelinci ini tidak boleh lepas. Harus tetap di sini. Jika lepas, Profesor Sukodi pasti marah." Rabitta mengelus kelinci berbulu cokelat itu.

Aku sendiri tidak terlalu peduli. Mau kelinci itu lepas, mau kelinci itu tetap ada di laboratorium besar ini, apa urusannya? Toh, Profesor Sukodi sebenarnya tidak terlalu membutuhkan kelinci itu. Akulah yang membutuhkannya.

"Kau sudah makan, Rabitta?" tanyaku pada Rabbita.

"Belum. Aku belum lapar."

"Makanlah. Nanti wortel-wortel itu keburu tidak segar lagi."

"Aku bosan makan wortel. Aku mau makan yang lain selain wortel."

Memangnya mau makan apa lagi dia? Mau makan makananku? Memangnya dia suka? Memangnnya dia tega? Dia hanya boleh makan wortel. Telingaku mendengar derap langkah Profesor Sukodi mendekat ke arah laboratorium. Aku bersiap. Menu makan malamku mendekat.

"Kenapa?" Aku bertanya pada Rabitta yang memandangku dengan heran.

"Telingamu ...."

"Kenapa telingaku?" 

"Eh, tidak apa-apa."

Ckreeek!

Pintu laboratorium terbuka. Profesor Sukodi masuk dan menatap ke segala arah.

"Kenapa wortelnya masih utuh? Dan kenapa kelinci itu masih hidup? Apa kalian tidak lapar?" tanya Profesor Sukodi.

Aku tidak menggubris perkataan itu, justru malah mengaum sekuatnya. Rabitta menjerit histeris. Dengan cepat tanpa jeda, kuterkam Profesor Sukodi. Tepat di bagian lehernya. Profesor itu terkapar. Darah bersimbah dimana-mana. Untungnya taringku sudah cukup panjang. Cukup untuk merobek lehernya yang sekarang terasa manis dan gurih.

"Apa? Apa yang kau lakukan?" Rabitta bertanya dengan bibir gemetar. Telinga panjangnya tampak kuyu, terkulai lemas. 

"Sama sepertimu yang bosan memakan wortel setiap hari, Rabitta. Aku juga bosan hanya makan kelinci. Dan lebih-lebih lagi, aku bosan menjadi kelinci percobaan si Profesor jahat ini."

Aku lalu mengunyah santapanku. Ekorku kukibas-kibaskan. Rabitta menangis. Kelinci setengah jadi satu ini memang cengeng. Berbeda denganku. Walau belang di tubuhku belum sempurna, namun mental buasku sudah sempurna. Sebelum aku akhiri cerita ini, aku ingin bertanya pada kalian.

Apa kalian juga ingin jadi kelinci percobaan seperti aku dan Rabitta? Jika tidak, cepat pergi dari cerita ini. Sekarang!

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (3)
Rekomendasi dari Thriller
Flash
Kelinci Percobaan
Rahma Nanda Sri Wahyuni
Novel
BANDUNG TERUNGKAP
Yutanis
Cerpen
Bronze
Simulasi Mati
Galang Gelar Taqwa
Novel
Lepet
Ayu Fitri Septina
Novel
Traumatic Incident
Harits Arwan
Novel
Saksi Bisu
M. Ferdiansyah
Novel
Gold
Frankenstein
Mizan Publishing
Novel
KLANDESTIN: DUA SISI
Lirin Kartini
Novel
Bronze
ASTAGHFIRULLAAH (Suropati)
Hermawan
Novel
Bronze
Paycho Pathos
MR Afida
Novel
Bronze
Kinara
Ainun
Novel
Bronze
HANYA TUHAN YANG MAHA TAHU
Muhamad Izdad Fuadi
Novel
RUMAH DI TEPI DANAU
Haris Airlangga
Komik
EVANESCENCE
Magnific Studio
Novel
NAURA
Cindy Tanjaya
Rekomendasi
Flash
Kelinci Percobaan
Rahma Nanda Sri Wahyuni
Novel
Bronze
Rasanya Seperti Mimpi
Rahma Nanda Sri Wahyuni
Novel
Bronze
Kembar dari Hongkong
Rahma Nanda Sri Wahyuni
Skrip Film
Apa Kalian Takut Mati?
Rahma Nanda Sri Wahyuni
Flash
Alat Pendeteksi Jodoh
Rahma Nanda Sri Wahyuni
Flash
Kalian Seharusnya Suka Dengan Cerita Ini
Rahma Nanda Sri Wahyuni
Flash
13
Rahma Nanda Sri Wahyuni
Flash
Bom
Rahma Nanda Sri Wahyuni
Flash
Tutup Botol
Rahma Nanda Sri Wahyuni