Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Flash
Drama
SETENGAH PRIA SETENGAH WANITA
6
Suka
5,973
Dibaca
Cerpen ini masih diperiksa oleh kurator

Merantau ke ibu kota adalah sebuah pilihan. Itulah yang sedang dilakoni oleh Rustam meski hanya berbekal ijazah tamatan SMP.

Kehidupan yang sulit dan tanpa kompromi, membuatnya harus rela menjalani apapun demi sesuap nasi. Meski harus menjadi waria yang setiap malam mangkal di terminal. Menjadi manusia jadi-jadian, pria bukan wanita bukan adalah sebuah pilihan seperti telur mata sapi. Alih-alih menjadi orang kaya, punya istri cantik, mobil mewah dan apartemen, kini Rustam harus menerima kenyataan pahit.

Terminal bus antar kota wilayah Senen, setiap malam semarak oleh berkeliarannya 'kupu-kupu' dari spesies runyam. Untuk itulah beberapa kali petugas penertiban umum di DKI Jakarta melakukan razia waria dan para pekerja seks komersial tentunya.

Dan pada malam jumat itu, kembali petugas penertiban menyisir trotoar sepanjang kompleks terminal, tempat para 'kupu-kupu' biasa bercengkrama sembari menanti pelanggan.

Setiap kali melihat mobil petugas, para 'kupu-kupu' itu akan terbang terbirit-birit mencari keselamatan, tak terkecuali Rustam. Ada yang larimembaur dengan para pedagang sambil berlagak menjaga warung, ada juga yang menyelinap ke kalangan tukang becak dan ojek, ada pula yang nyebur ke selokan, bahkan ada yang nekat lari menyusup ke semak-semak yang gelap.

Di antara para petugas, Pak Purwanto memang yang paling sering sukses menangkap 'kupu-kupu'. Tetapi malam itu dia baru mendapat satu orang untuk digiring ke mobil petugas. Buru-buru sang 'kupu-kupu' dipersilahkan naik ke mobil, karena Pak Purwanto kebetulan sedang tidak kuasa untuk menahan 'pipis'. Sialnya, si waria itu, yang melihat kesempatan terbuka langsung kabur.

Daripada pusing memikirkan tangkapan yang lolos, dia bergegas ke semak untuk buang air kecil. Namun apa yang terjadi, baru saja selesai buang air kecil, terdengar suara pekikan dari dalam semak.

"Tolong.. tolong... ampun pak, saya menyerah!" teriak Rustam dengan rambut dan baju basah kuyub.

Pak Purwanto buru-buru mengatupkan ristleting dan berdiri terperangah.

"Lho, kamu kan yang tadi kutangkap tapi kabur itu ya... !" serunya.

Kali ini Rustam tak berkutik dan tak berani kabur lagi. Mungkin malam jumat ini adalah malam yang naas bagi Rustam, harus rela mandi dengan air keramat.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
@faridapane : Hehehe... Malam jumat mandi air keramat :-)
aih, kena deh!
@gitafarhah21 : Iya kak Gita, terimakasih Soalnya kan jmlh katanya sangat dibatasi, jd saya hrs bisa memadatkan kata biar ceritanya utuh :-)
pemaparannya jelas, gak bertele-tele juga
Rekomendasi dari Drama
Novel
Bronze
Down To Earth
Siti Nur Holipah
Novel
Bronze
Daun-Daun yang Merayu Angin
Khairul Azzam El Maliky
Novel
DENDAM (kau buat ibu kami menangis, kuhancurkan keluargamu)
Zainur Rifky
Flash
SETENGAH PRIA SETENGAH WANITA
DENI WIJAYA
Novel
Gold
Lady in Disguise
Noura Publishing
Novel
The Last Episode
queenara valerie
Novel
GARIS PEREMPUAN
Maysanie
Novel
HELP
Kismin
Novel
Growing Up: Let's walk on flowers path together
Lilly Amundsen
Novel
Bronze
Justice
Sukma Maddi
Flash
Orang gila
Mahmud
Flash
Bronze
What If (part 1)
Nita Roviana
Novel
Bronze
Perempuan Ilalang
Mira Pasolong
Novel
A Straight Rain: A Story about Their Gathering in Tokyo
Anis Maryani
Novel
sora
Leviosa S
Rekomendasi
Flash
SETENGAH PRIA SETENGAH WANITA
DENI WIJAYA
Flash
DAUN JATI BERBISIK
DENI WIJAYA
Novel
KUTITIPKAN RINDU INI
DENI WIJAYA
Novel
Bronze
BADAI PASTI BERLALU
DENI WIJAYA
Novel
TRIAD
DENI WIJAYA
Novel
Bronze
DAUN JATI BERBISIK
DENI WIJAYA
Flash
LONCENG KEMATIAN
DENI WIJAYA
Novel
9 SKALA RICHTER
DENI WIJAYA
Flash
50 RIYAL
DENI WIJAYA
Flash
MENUNGGU DI BANDARA EL-TARI
DENI WIJAYA
Novel
Menunggu Senja di Jembatan Semanggi
DENI WIJAYA
Flash
NONA SEGERALAH MENIKAH
DENI WIJAYA
Novel
Bronze
LONCENG KEMATIAN
DENI WIJAYA
Flash
ROH
DENI WIJAYA
Flash
KUTITIPKAN RINDU INI
DENI WIJAYA