Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Hari ini Azril hanya bisa duduk di balkon rumahnya, sembari melihat orang-orang yang lalu lalang di depan rumahnya. Ada pemandangan yang berbeda dengan hari-hari yang lalu, kini orang-orang tidak lagi bebas menampilkan wajahnya, apalagi menebarkan senyum ramah dengan sesama. Semua penuh curiga dan waspada dengan mencoba berlindung dibalik masker yang dipakainya. Tiba-tiba suara panggilan ibunya memcah konsentrasi pandangannya.
“ Azriillll, azriiill sini bantu ibu….” Panggil sang ibu dari dapur
Mendengar sang ibu memanggil membuatnya harus menyudahi melihat-lihat pemandangan dari balkon rumahnya.
“iya bu, Azril datang.” Jawab Azril dengan langkah bergegas menemui ibunya di dapur.
“Ada apa bu?” tanya Azril ketika dirinya telah sampai di dapur
“Tolong bantu ibu belikan tepung di warung.” Pinta sang ibu dengan tetap fokus pada masakannya.
“Tapi bu, kan ada virus” jawab Azril, sebenarnya dirinya hanya beralasan karena dia cukup malas untuk keluar rumah dengan keadaan saat ini.
“Alasan saja, kan bisa pake masker” ucap sang ibu tegas.
“Baiklah bu.” Ucap Azril mengalah
Saat Azril menuju kamarnya untuk bersiap dirinya melihat pemandangan aneh dari luar jendela kamarnya, dirinya melihat orang yang lalu lalang tampak tidak seperti biasanya. Mereka berjalan lurus ke depan sesekali menoleh dan tampak seperti mengendus-endus mencari sesuatu.
"Mereka kenapa ?" Tanya Azril dalam hatinya
"Ahh, mungkin sedang mengasah indra penciuman mereka yang hilang," pikirnya.
Karena yang dirinya tau virus yang tengah melanda dunia menyerang indra pernafasan sehingga terkadang indra penciuman mereka bisa saja tidak berfungsi dengan baik.
Saat di perjalanan menuju warung terdekat Azril merasa aneh, walaupun banyak orang yang berlalu lalang rasanya sunyi sekali membuat Azril bergidik ngeri. Azril mencoba memberanikan diri untuk terus berjalan menuju warung. Diperjalanan dirinya tidak sengaja terjerembab jatuh dalam sebuah lubang yang tak terlalu dalam tapi banyak kerikil tajam di dalamnya.
"Brakk"
"Aww sakit," Rintihnya dalam hati sambil menahan darah yang keluar dari lengannya karena terkena kerikil tajam ketika dirinya jatuh.
Ketika dirinya bangkit dari lubang durjana itu sambil tertatih-tatih menahan sakit, dirinya merutuk orang-orang yang ada. Bagaimana bisa tidak ada satupun orang yang membantunya. Tapi akhirnya dirinya menyadari tidak ada satupun orang disana.
Darah dari lengan Azril semakin deras mengalir, dirinya cukup bingung kenapa darahnya terus mengalir padahal dirinya hanya jatuh dan tergores beberapa kerikil tajam pasti tidak akan membuat dirinya terluka parah begini. Tapi dirinya tidak begitu memperdulikannya yang ia pikirkan hanyalah secepatnya sampai warung membeli tepung lalu pulang.
Saat diperjalanan dirinya melihat beberapa orang yang mendekatinya, semakin lama semakin banyak. Semakin banyak orang yang mendekatinya semakin dirinya menyadari ada yang aneh dengan mereka. Mereka tampak mengendus-endus mencari sumber bau. Insting bertahan hidupnya berkata ada yang tidak beres membuat Azril lari dan mereka mencoba mengejarnya. Panik dengan apa yang terjadi membuat Azril lari terbirit-birit sambil berteriak meminta tolong tapi tidak ada satupun yang menolongnya, darahnya semakin deras mengalir menetes di sepanjang perjalanan.
“Apakah aku akan mati?" pikirnya
Mata Azril terasa berat dan dirinya mulai hilang kendali, pandangannya berkunang-kunang dan seketika itu juga semuanya terlihat gelap, sebelum kesadarannya hilang sepenuhnya dirinya samar mendengar deru kendaraan mendekatinya.