Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Ada kegelisahan menyelimuti hati Dewi, begitu juga dengan beberapa pengunjung bandara El Tari saat kedatangan pesawat rute Jeddah - Jakarta - Kupang terlambat sudah hampir dua jam. Banyak sebagian dari mereka yang berulang menanyakan kepastian kedatangan pesawat dan penyebab keterlambatan tersebut, namun lagi-lagi pihak petugas bandara belum menerima konfirmasi yang sesungguhnya mengenai penyebab pasti keterlambatan tersebut.
Setelah beberapa saat menunggu kepastian, akhirnya pihak bandara El-Tari mengabarkan bahwa pesawat rute Jakarta - Kupang telah mengalami kecelakaan dan terbakar di Surabaya. Dan menurut keterangan petugas bandara, sebagian besar penumpangnya meninggal dunia dan sebagian yang lain selamat tapi harus menjalani perawatan oleh pihak medis.
Dengan kabar tersebut, perasaan Dewi semakin diliputi kekhawatiran dan ketakutan yang luar biasa jika terjadi sesuatu yang buruk pada Bagas. Dengan pikiran yang kacau, Dewi berusaha untuk mengontak ponsel Bagas, namun berkali-kali dihubungi tetap tidak ada jawaban. Hilang kontak hingga membuatnya semakin kalut.
Dalam kekalutan hatinya, gadis itu terduduk lemas, bersimpuh di samping bangku lobi. Dengan isak tangis yang tersengal, menumpahkan butiran-butiran bening yang memenuhi kelopak matanya, betapapun dia mencoba untuk menahan perasaannya semakin tak kuasa untuk membendung tangisannya.
“Ya Allah kenapa kerinduan ini begitu membuncah. Mengapa untuk kedua kalinya Engkau uji cinta kami dengan ketakutan dan kekahawatiran? Kenapa pula kami harus bercengkrama dengan maut untuk yang kedua kalinya?
Ya Tuhan, dimanakah keadilan untukku. Ya Allah, kini seharusnya kekasihku ada di sini untuk menjemput cintanya namun mengapa harus Engkau uji dengan musibah. Ya Allah janganlah penantian panjangku harus berakhir dangan kesia-siaan, janganlah pertemuan ini harus berakhir dengan perpisahan. Ya Allah, kumohon selamatkan dia, berikanlah kesempatan kepada kami memenuhi janji setia kami. Di Jeddah Engkau pertemukan kami, jangan Engkau pisahkan kami di El-Tari, " tangisnya dalam doa.
Dewi berteriak, berlari menuju landasan bandara sambil memanggil nama Bagas, memecah keharuan dan kesedihan suasana bandara El Tari. Pakaiannya basah kuyup oleh guyuran air hujan. Jilbabnya tersingkap dan dia biarkan rambutnya terurai oleh air hujan. Seolah tak memperdulikan berpasang-pasang mata yang menatapnya, Dewi terus berlari menembus kelebatan hujan.
“Wi, kembalilah!” cegah Andini sambil berlari mengejar Dewi.
Dewi tak menghiraukan teriakan Andini. Di tengah-tengah guyuran hujan, ratapan gadis itu semakin membuat pilu.
Sesaat kemudian awan hitam pun tak kuasa untuk menahan beban, hujan pun turun dengan deras mengguyur bandara El Tari, sesekali terlihat kilat menyambar-nyambar di langit seolah ingin mewakili perasaan sedih Dewi saat itu. Tetapi itu semua tidak membuat Dewi beranjak dari tempatnya.
Dengan lembut Andini mengangkat dan menggandeng lengan sahabatnya itu untuk kembali ke dalam ruangan lobi. Sementara itu semua orang yang berada di situ, menahan nafas, sejenak terdiam seribu bahasa, entah apa yang ada di benak mereka dan apa yang mereka rasakan. Seketika suasana mendadak menjadi hening. Andaikata bisa terdengar, mungkin mengalun irama detak jantung dari lautan manusia yang memenuhi seisi bandara El Tari mengalunkan sebuah kidung pengharapan.