Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Orang bilang tak ada persahabatan antara pria dan wanita. Aku menyadarinya lebih awal dari padamu. Kita adalah dua kutub magnet yang berbeda, aku positif dan kamu negatif atau kamu positif dan aku negatif. Dua kutub yang berbeda itu membuat kita saling tarik menarik atau harus kukatakan aku yang tertarik dan kamu yang menolak.
Yahh, bagi kamu kita tidak akan pernah begitu karena kita bukan dua magnet yang berbeda, kita adalah magnet yang sama dengan kutub yang berbeda. Aku bertanya-tanya apakah itu berarti kau tidak pernah merasakan rasa yang kurasakan?
Aku pernah bertanya padamu, pernahkah kau menganggap aku sebagai seorang wanita? Kau terkekeh geli, menatap wajahku yang terlihat seperti badut karena riasan menor yang kupakai saat ingin menemuimu? Mengucek rambutku, kau bilang kau suka aku yang apa adanya, kau bilang aku adalah kamu. Aku terkekeh kecil, tapi apa kau tahu bagaimana sakitnya hatiku saat itu?
Atau dilain waktu aku melihatmu berjalan dengan seorang wanita cantik, kau bercerita tentangnya sepanjang waktu. Lalu bertanya padaku bagaimana cara membuatnya jatuh cinta padamu? Jangan tanya padaku! Karena aku juga tidak tahu cara membuatmu jatuh cinta padaku, pekikku dan kau menganggap itu lelucon.
Lalu kini kau muncul di hadapanku. Mengatakan betapa cantiknya aku dengan gaun putih menutup hingga ke ujung kakiku, kau membuka veil yang menutupi wajahku dan kembali membuat hatiku berdebaran. Bertanya kenapa aku pergi darimu? Dan mengatakan cintamu padaku setelah aku sukses move on darimu.
Jangan menggoyahkan hatiku lagi, kawan. Butuh bertahun-tahun memulihkan hatiku dan kau bukan pemulih hati ini. Dia bertahan bahkan walau tanpa cinta dariku, dia ada di saat kau tidak pernah ada. Bagimu aku adalah recording studio, tempat kau mengeluh kesahkan hidupmu dan cintamu, tanpa kau pernah menyadari recording itu punya hati dan perasaan.
Kau bicara lagi, menyesali diri karena tak tanggap pada hatimu sendiri. Dalam pikirmu aku akan selalu ada di sisimu. Kita akan tetap tidur bersama di ranjang kamarku sambil memandang langit-langit kamar dengan kaki terjulur naik di dinding dan bercerita tentang segalanya.
Kau pikir kita akan tetap bersama, bermain hujan sambil saling menyepak air comberan ke wajah yang lain lalu saling memaki dan berkejaran. Dan aku terjatuh, sementara kau menertawaiku. Lalu aku mengejarmu. Kau bilang kebersamaan kita membuatmu lupa bahwa aku adalah wanita...wanita dewasa.
Kau juga bilang kau merindukanku bertahun-tahun. Hingga nyaris mati.
Ohh, kawan, berapa kali kukatakan padamu jangan menggoyahkan hatiku lagi. Altar sudah begitu dekat. Pengantin priaku menungguku di sana. Dia tampan dan baik hati. Kami akan berjanji untuk saling mencintai, menghormati, menjaga sampai kematian memisahkan kami.
Kau melepas tanganku, pergi dengan air mata berlinang. Mengucapkan selamat bagiku.
Jadi inikah akhir bagi kisah kita? Aku bertanya-tanya di dalam hatiku. Merasa kecewa atas kepergianmu. Kau tidak menggenggam tanganku lalu menculikku.
Air mataku berlinang.
Pengantin priaku membuka kerudungku. Menghapus air mataku. Menanyakan keputusanku. Menggenggam tanganku. Kau mungkin tidak akan pernah tahu tangan itu adalah tangan yang menahan pisau yang nyaris membunuhku saat aku mencoba melupakanmu dengan hangout larut malam lalu mabuk, kemudian penjahat datang nyaris memperkosaku. Tangan adalah pembeda kalian.
Dia menggenggamku hingga akhir sementara kau melepasku.