Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Aku dalam situasi menginginkan sepatu tapi tidak dengan dompetku. Aargh! Sepasang high heels telah menyihir mata ini. Bagaimana ini! Bagaimana? Daaagh, sepatuku, aku pulang dulu! Kecup lope jauh untukmu. Mmmmmuach.
Aku melangkah layaknya zombi, terseok-seok sambil mengucapkan brain..brain! Persis saat menuju pintu keluar City Mal--kau tahu? Etalase sepatu tak jauh dari pintu. Aku melihat seorang gadis sedang mencoba sepatu, berputar-putar, menekan-nekan ke lantai! Bergaya sekali! Aku melirik sebuah dompet tergeletak di bangku dan kau tahu? Dompet itu lima kali lebih cantik dari punyaku, sebenarnya aku tidak suka dompet, aku lebih tertarik pada isi di dalamnya. Mungkin kertas biru dan merah sedang perang saudara di dalamnya. Huft!
Gadis tadi melambai ke pramuniaga, mungkin saja dia berkata "Ada ukuran yang lain" karena aku juga begitu pertama kali melihat sepatu gebetanku itu. Well, ini adalah kunjunganku yang ke dua puluh satu kalinya. Dan aku masih memantau belum bisa membawanya pulang. Sungguh membagongkan!
Eits, si gadis tadi langsung ke kasir. Aku bergumam pada diri sendiri, tidak ada orang lain di sampingku. "Hmm, orang kaya mah enak! Lihat coba, bawa deh, sedangkan aku?
Hei, sekarang aku sudah punya pekerjaan. Dan aku sudah gajian. Aku mau bertemu gebetanku dulu, setelah sebulan tidak melihatnya. Apakah dia berselingkuh atau masih setia menantiku di etalase rak nomor tiga baris ke delapan.
Hatiku berdebar selama menuju ke City Mall, aku merapal doa tolak bala, ayat kursi dan surat-surat pendek, takut uangku mendadak hilang, takut kalau-kalau aku dijambret, takut sepatuku diambil orang. Kacau, aku kacau sekali.
Jantungku berdegup kencang saat menyusuri rak sepatu. Tidak! Bagaimana ini? Aku harus apa? Dia sudah tidak ada di sana, di mana sepatu itu? Dia milikku! Dia milikku! Siapa cecunguk yang sudah berani mengambilnya? Akan kuhajar siapapun itu!
Tegg! Mataku membesar, itu! Itu dia! Aku sudah tau ukuranku, aku sudah hafal harganya. Tanpa berpikir, tanpa melihat-lihat ulang dan tanpa mencoba, langsung aku beri ke pramuniaga minta dibawakan ke kasir.
Ketika aku duduk menunggu sepatu, samar-samar terdengar olehku suara seorang perempuan bergumam pelan tapi aku dapat mendengarnya. Dia memandangku dengan tatapan yang juga pernah aku lakukan sebulan yang lalu.
"Orang kaya mah enak ya, lihat, ambil! Gak cocok tinggal buang dan beli lagi!"
Aku menggigil!